Jika ada orang yang bertanya kepada saya "Bagaimana anda memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus?". Jujur saja, saya akan sangat bingung menjawab pertanyaan ini. Menurut saya, apa yang harus diartikan dari hari kemerdekaan untuk saat ini. Saya hanya melihat serta menyaksikan berbagai pertunjukan, perlombaan yang dilakukan oleh sekumpulan orang-orang, itu saja. Tapi apa yang dilakukan itu bukanlah sebuah kesalahan yang pantas mendapat ganjaran. Tentunya masing-masing kita memiliki pandangan yang berbeda dalam memaknai hari kemerdekaan.
Semua yang tampak pada hari 17-an Agustus saat ini merupakan kegiatan seremonial yang akan hanya dilakukan di 17-an saja sebagai bentuk perayaan hari kemerdekaan. Namun jika pertanyaan ini akan tetap berlanjut maka pertanyaan yang layak untuk dipertanyakan adalah "What`s Next?". Maka otomatis jawaban yang terlontar adalah "Nothings". Dahulunya, pemikiran-pemikiran itu sangat kritis walau dibungkam dengan cara apapun sehingga dalam hal memaknai hari kemerdekaan itu saja mereka memberikan jawaban dari pertanyaan "What`s next" tersebut, sebab kemerdekaan kala itu adalah melakukan Revolusi, tentunya jika Revolusi dijadikan slogan saat ini sebagai respon kemerdekaan akan berkonotasi negatif karena bisa saja dianggap makar dan sebagainya. Saya pikir itulah yang harus kita lakukan dalam memaknai hari kemerdekaan.
Hari kemerdekaan ini yang tepatnya 17 Agustus 2021, menjadi gambaran kecil bahwa seperti apa kita nantinya. Sebagian besar dari kita jika mendengar kata 17-an atau Hari Kemerdekaan maka yang terlintas pertama kali dalam pikiran kita adalah perlombaan Panjat Pinang serta kita akan mendengarkan filosofi makna dari Panjat pinang itu sendiri dan saya tidak tahu pasti tentang kebenaran dari filosofi tersebut. Setiap perlombaan yang dilaksanakan adalah bentuk kerjasama, perjuangan, usaha dan sebagainya sehingga memperkokoh tali persaudaraan kita antar individu berbangsa dan bertanah air Indonesia. Apakah ada yang aneh dari hal tersebut?. saya pikir juga tidak. Tampak kelucuan dari apa yang sedang dipertontonkan. Iya, Kekonyolan-kekonyolan yang layak untuk ditertawakan, bahwa sebenarnya hari kemerdekaan saat ini penuh dengan lelucon yang patut untuk kita tertawakan. Begitulah kreatifnya kita mampu mengubah tragedi menjadi komedi. hahaha...
Kita telah merasa aman dan damai sehingga tak perlu lagi perjuangan, tak perlu ada lagi tetesan darah karena kita tidak sedang berperang namun satu hal yang harus kita pahami adalah bahwa kita masih terjajah. 76 tahun yang silam kita dijajah oleh senjata-senjata, kendaraan perang,pesawat tempur serta bombardir yang menghancur tanah yang tak rata. Tubuh kita terjajah dimana tragedi mencengkam itu tampak terpampang dengan jelas oleh mata kita. Kita tahu itu dan kita memutuskan untuk melawan. Tapi hari ini kita merayakan kemerdekaan itu dengan merubah Tragedi itu menjadi sebuah komedi yang untuk kita tertawakan.
Kita harus segera bangkit dan segera sadar bahwa tubuh kita memang telah merdeka namun pikiran kita yang terjajah. Prediksi ini telah tergambar jelas oleh apa yang dituliskan Prof. Dr. Toeti Noerhadi "Kita memang sudah dijajah lagi". (Perspektif: 1998) bahwa dalam tulis tersebut beliau menjelaskan berbagai hal tentang kondisi masyarakat saat itu. Bahkan anehnya saat itu mereka masih berbincang prihal dan upaya memerdekakan negara ini padahal saat itu kita telah meraih kemerdekaan.
Hal-hal yang tergambarkan saat itu kini telah terjadi di-era sekarang ini serta pertanyaan dahulu kini sebenarnya telah terjawab. Pemuda-pemuda yang lebih cenderung berpikir singkat dan lebih suka mengambil jalan singkat serta tidak Achievment orientited, maka telah terjawab. Sebagian besar pemuda saat ini lebih memilih apatis terhadap negara dan menjadikan politik jalan pintas untuk meraih kekuasaan dengan menggadangkan slogan tabu "Anak Millenial". Gaya hidup seperti inilah yang menjadi tren baru hari ini. Sebagian besar dari mereka para pemuda terbawa arus serta dengan cepat berbaur menyesuaikan diri dengan gaya hidup semacam itu.
Gelaja gaya hidup seperti ini tidak lagi pandang bulu bahkan mereka yang memiliki gelar pendidikan yang luar biasa. padahal mereka punya privilege serta memliki pekerjaan yang prestisius, mereka juga mampu melakukan exciting tetapi juga merasa perlu membangun kedekatan politik jalan pintas. Hukumnya wajib, maka dengan pemikiran seperti inilah menciptakan gap antar generasi. Generasi terdahulu alias generasi baholak dan generasi zaman Now alias Millenial. Selama 76 Tahun kita hanya mampu mencetak generasi pesimisme disebabkan oleh ketiadaan panutan dalam menjadikan moral, karakter serta pola pikir sebagai modal awal untuk melakukan langkah berikutnya. Hari ini, Kita hanya lega oleh tubuh kita yang telah merdeka tapi tidak dengan pemikiran kita.
Dihari ini, tepatnya 17 Agustus 2021 saat ini akan kembali terlupakan seperti sebelum-sebelumnya. Semua perlombaan tersebut hanya akan menjadi cerita dan kenangan saja. Lelucon-lelucon itu sungguh layak untuk ditertawakan karena saat ini hanya itulah yang bisa kita lakukan, Mengubah Tragedi menjadi Komedi yang untuk kita tertawakan dalam merayakan Hari kemerdekaan Indonesia.
Didalam tulisan Prof. Toeti, 1998 tersebut terdapat sebuah pertanyaan "Mengapa Generasi cemerlang yang memiliki Integritas memadai sangat mudah tergoyahkan?". Andai saja setiap orang didunia adalah manusia dalam film limitless, Maka sebagian besar didunia ini akan menjadi budak untuk para tuannya.
Sekian dan terima kasih.
Salam Kemerdekaan 17 Agustus 2021.
By: Lukman Hakim
Baca Juga: